Cerpen atau cerita pendek adalah materi pembelajaran bahasa indonesia tingkat SMA / SMK yang akan kita bahas kali ini mengenai pengertian cerpen, dan 10 contoh cerpen singkat tentang pendidikan dan persahabatan beserta struktur dan unsurnya. semoga dapat membantu.

Cerita Pendek

Cerpen atau cerita pendek adalah materi pembelajaran bahasa indonesia tingkat SMA / SMK yang akan kita bahas kali ini mengenai pengertian cerpen, dan 10 contoh cerpen singkat tentang pendidikan dan persahabatan beserta struktur dan unsurnya

Pengertian Cerpen

Pengertian Cerpen atau cerita pendek adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek.

Contoh Cerpen

Setelah kita memahami pengertian cerpen, sekarang akan kita bahas mengenai beberapa contoh cerpen tentang pendidikan dan persahabatan secara singkat. antara lain:

Contoh 1 

Contoh pertama yaitu cerpen tentang pendidikan yang berjudul “Matematika Kehidupan”
2 pangkat 2 = 4 –> (nilai akhir makin besar)
2 pangkat 3 = 8 –> (nilai akhir makin besar)
2 pangkat 4 = 16 –> (nilai akhir makin besar)

Sekarang perhatikan ini…

1/2 pangkat 2 = 1/4 –> (nilai akhir makin kecil)
1/2 pangkat 3 = 1/8 –> (nilai akhir makin kecil)
1/2 pangkat 4 = 1/16 –> (nilai akhir makin kecil)

Dari sini dapat kita simpulkan:

Angka yang utuh (contoh: 2) jika dipangkatkan dengan angka yang makin tinggi akan bernilai makin besar. Sebaliknya, angka yang tidak utuh atau pecahan (contoh: 1/2) jika dipangkatkan dengan angka yang makin tinggi, nilai akhirnya malah jadi semakin kecil.

BACA JUGA: Contoh Karangan Deskripsi Singkat Terbaru

Lalu apa hubungannya dengan kehidupan?

Orang yang utuh keimanan dan keilmuannya, jika diberi pangkat (jabatan) makin tinggi, maka ia akan menjadikan lingkungan, organisasi, perusahaan, atau bahkan negara yang ia pimpin, makin bertambah besar dan melesat maju.

Sedangkan orang tidak utuh keilmuannya, bobrok imannya, bila diberi pangkat makin tinggi, maka ia akan membuat segala sesuatu yang awalnya bernilai besar menjadi semakin kecil, dan terus mengalami kemunduran.

Maka benarlah jika Rasul mulia pernah bersabda, “Jika kalian menyerahkan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya, maka bersiap-siaplah kalian akan datangnya hari kehancuran.”

Contoh 2

Contoh ke-2 yaitu berjudul “Lagu Sedih”
Ada kejadian menarik saat aku mengajar ekstra musik kelas 4-5 di SD Hidayatullah, Surabaya tadi pagi. Sengaja materi yang kuberikan untuk hari ini adalah lagu berjudul ‘Pertengkaran Kecil’ karya EdCoustic. Lagu ini bertema persahabatan dengan tempo rendah, melow.

Pas lah pikirku. Pasti anak-anak bakal baper, dan nangis. Secara, anak-anak punya perasaan yang peka. Mereka tak sungkan menangis apabila mendengar atau melihat sesuatu yang mengharukan.

Kemudian kuberi contoh nada lagu tersebut kepada mereka. Di depan mereka, kunyanyikan lagu itu terlebih dahulu dengan suara yang menurutku sudah paling sedih, menyayat, tak lupa kupasang ekspresi mirip orang gak dikasih makan tiga hari berturut-turut. Sedih. Pasti abis ini mereka akan nangis, pikirku.

Dan benar saja, saat aku sudah mencapai bagian reff, aku melihat salah satu siswa menusap mata. Nampak mata itu merah. Wah, pasti anak ini menangis setelah mendengar suaraku yang merdu unyu-unyu ini, aku membatin. Melihat anak itu menangis, aku makin bersemangat.

Sambil nyanyi, kali ini aku pasang ekspresi orang tidak makan 3 hari + ekspresi orang kebelet tapi gak nemu toilet. Dramatis. Baper, baper dah kau, Nak.

Setelah lagu habis, aku tanya kepada anak yang terlihat mengucek matanya tadi. “Kenapa nangis, Mbak?”

“Eh,” Yang kutanyai gelagapan.

“Kenapa nangis? Sampai matanya merah gitu. Sedih ya dengar lagu yang baru kakak nyanyikan?” aku tersenyum.

Eh, dia menggeleng, “Ndak, Kak. Aku gak sedih, kok. Aku cuma ngantuk tadi, soalnya kemarin malam aku gak bisa tidur nyenyak.”

Aku nelan ludah.

Contoh 3

“Rasa Bintang lima, Harga kaki lima”
“Bang. Setiap naik kereta, aku pasti ingat kejadian dua tahun lalu.” Istriku berucap setelah kami sempurna duduk di kursi gerbong kereta, hendak berlibur di kampung halaman.

“Kejadian apa, Neng?” tanyaku penasaran. Sebentar lagi kereta api akan berangkat.

Istriku tersenyum, “Saat itu aku dari stasiun Bandung mau ke Pare, Kediri.”

“Pasti mau beli sate.” Aku memotong.

Istri menimpukku pakai roti, “Dengerin dulu. Jangan sok tau. Aku mau les bahasa Inggris sama kedua teman kuliah di sana.”

“Terus?”

“Nah, waktu itu kami bertiga beli tiket ekonomi. Di tiket itu tertulis kalau kami bertiga duduk di gerbong 1. Akhirnya kita naik dan cari gerbong tersebut. Di dalam kereta kita terus berjalan maju, hingga menemukan ruangan bertulis ‘Gerbong 1’. Ya Allah, Bang. Ternyata ruangan itu bagus banget. Tempat duduknya kayak tempat duduk bioskop. Gak nyangka ada ruangan kelas ekonomi sebagus itu. Kami sesuaikan nomor di tiket, menaruh barang, sambil duduk selonjoran.”

“Mau minum dulu?” Aku menyodorkan air minum pada istri.

Istriku marah, “Jangan potong dulu ceritanya.”

“Eh, ya sudah. Lalu?”

Ia tersenyum, “Sepanjang menunggu kereta berangkat, kami bertiga ketawa-ketawa. Bayangkan, dengan harga ekonomi, kita dapat fasilitas kereta kelas bisnis. Ah, mungkin ini kebijakan presiden untuk memanjakan para pengguna kereta. Kalau presiden yang sekarang mau nyalon lagi, aku pasti memilihnya. Beneran. Soalnya baik banget sama orang-orang gak berduit banyak kayak aku. Kami pun selfie bareng, terus upload foto itu ke fb dengan status ‘Rasa Bintang 5, Harga Kaki 5. Wkwkwkwk.’ Pasti iri deh yang lihat foto kita.”

Aku kagum, “Wah, enak banget ya? Bayar harga ekonomi, dapat fasilitas kelas bisnis.”

“Cerita belum selesai,” ucap istriku. “Sebab, satu menit sebelum kereta berangkat, ada tiga penumpang yang datang ke tempat duduk kami. Bilang bahwa tempat duduk yang kami duduki adalah tempat duduk mereka.”

“Terus?” kali ini terpaksa aku memotong. Penasaran dengan kelanjutan cerita.

“Tentu kami bertiga ngeyel. Bilang kalau ini tempat duduk kami. Terus salah satu dari mereka mengeluarkan tiketnya dan menyuruh kami menunjukkan tiket masing-masing. Dan alamak, ternyata gerbong yang kami naiki adalah gerbong kelas bisnis. Kelas ekonomi ada di barisan gerbong paling belakang. Takut dilaporin petugas dan diturunkan secara paksa, kami bertiga akhirnya pindah ke belakang dengan kepala tertunduk malu. Abang bisa bayangkan betapa malunya kami saat itu? Rasanya pingin sekali aku sembunyi di kamar mandi selama perjalanan.”

Aku menepuk dahi. Benar-benar kejadian konyol.

Pesan moral: Jangan pernah foto selfie di kereta sebelum memastikan bahwa tempat yang kau duduki adalah benar-benar tempatmu. Apalagi pakai acara pamer segala. Dan ingat! Bayar tiket kereta dengan harga kelas ekonomi, dapat fasilitas kelas bisnis itu hanya terjadi pada film Doraemon.

Contoh 4

Contoh ke 4 ini tentang persahabatan dan percintaan dengan unsur intrinsik dan strukturnya yang berjudul “Cinta dan Takdir”
 Jam dinding terus berputar, gerimis semakin menjadi hujan. Sudah hampir tiga jam dan sekarang hampir mendekati waktu maghrib, Sika yang sejak pulang sekolah terus mengurung diri di dalam kamanya.
Kembali sika melirik buku catatan kecilnya seraya buku catatan itu berkata “baca aku sika!”. Namun sebaliknya sika melempar buku itu ke lantai karena kesal ia berkata “aduhhhh susah banget sihhhh masuk ke otak” keluhnya karena belajarnya tidak bisa maksimal. Karena sika merasa pusing dan lelah akhirnya ia menyelonjorkan kaki di kasurnya dan mengambil posisi berbaring. Sembari berbaring entah kenapa ia teringat dengan mantan kekasihnya “hmm andai sajaaaa… AHHH jadi tambah males, kenapa sihhh!” seru sika karena teringat mantan kekasihnya.
 Sama seperti perempuan pada umumnya yang pernah merasakan jatuh cinta dan patah hati. Sika merasakan hal yang serupa ketika masih berpacaran dengan andri. Dalam hatinya sika menyesal karena telah menyianyiakan andri “Ah bodoh banget sih aku, kenapa aku dulu harus menyianyiakan andri” Penyesalan itu terus berlajut ketika ia melihat foto andri yang disimpannya dalam laci “ih kenapa aku dulu harus membuat kesalahan”. “kenapa aku kurang bersyukur udah punya pacar kayak andri”. Meskipun andri bukan laki-laki yang dewasa dan lebih terkesan kekanak-kanakan namun oada kenyataanya sika tidak dapat lepas dari andri. Pada saat andri memberikan sepucuk surat kecil kepada sika tentang perasaanya yang ingin putus sika tidak tahu lagi harus mengiyakan atau menolak pada saat itu. “kenapa aku tidak bisa berpikir lebih dewasa sih?” ujar sika. Semenjak putus dengan andri sika sering melamun seorang diri, berkhayal andaikan waktu dapat diputar dan ia dapat berpikir lebih dewasa pada saat andri memberikan surat putus itu.

Meskipun sika hidup dalam keluarga yang lebih terkesan “broken home” karena memiliki seorang ayah yang ringan tangan tidak membuat sika menjadi perempuan yang pendiam dan sedih. Sejatinya sika adalah perempuan yang tegar.

Telolet Telolet! Bunyi bel istirahat di sekolahnya berdering kencang, namun sika tetap tidak beranjak dari bangkunya. Dengan tatapan kosong dan tanpa gerakan selayaknya orang tertidur, sika bengong dan melamun hingga salah seorang temannya membangunkan sika dari lamunannya.

“Sikkk!” sambil memegang tangannya yang menyangga kepala.
“elu kok melamun aja sih, Kenapa?”
“Aduhhh rin, ngagetin dehh, lagi pusing nih.”
“Ohh Pantesan kok keliatan lesu, biasanya juga sholat dhuha sekarang udah jarang. hihihi.”
“Ihhh itu ada andri tuh sikk”, ujar rini sambil menyenggol sika. “Paan sih! Kalo kamu suka dia ya jangan nyenggol aku!” “Yeeee, yang suka aku apa kamuuu?” balas rini dengan penuh sindiran. Sejenak guyonan kedua sahabat itu membuat sika tersenyum kecil hingga ia iangat peristiwa pemukulan ayahnya yang dilakukan pada ibunya tadi malam. Memang ayah sika adalah orang yang ringan tangan, meskipun ibu sika hanya sekedar mengingatkan jangan merokok dan minum miras namun yang didapat malah tamparan dan pukulan.
“Aku udah putus rin dari andri” ujar rini” sambil menahan ketawa yang sebenarnya terasa begitu pahit di hati. Bukan tanpa alasan hati sika terasa pahit karena menahan beban pikiran dan beban kehidupan yang ditanggungnya melihat ibu sika selalu dipukul.
Hari demi hari terus berlalu, Namun perasaan sika pada andri ternyata tidak dapat berubah. Sika tidak dapat membohongi perasaanya bahwa sika masih memendam rasa pada andri. Pada satu siang pada pelajaran matematika, seperti biasanya sika terlelap dalam lamunannya, membayangkan andai saja andri masih menjadi pacar sika “hmm andri andaikan kamu masih jadi pacarku, aku kangen semasa kita pacaran” ujar sika. Hingga salah satu temannya yang bernama trimo menepuk pundak sika dan berkata “sikkk kok ngalamun aja sihhh???” tanpa sengaja sika berteriak karena kaget akan tepukan trimo “ahhhhhhh” teriak sika. Guru matematika sika yang terkesan galak (karena memang kebanyakan guru matematika galak hehehe) sontak menoleh ke arah sika yang seperti orang kebingungan. “Sika kenapa kamu? ayoo maju sini” ujar bu guru. “eee enggak kok bu” balas sika dengan wajah bingung dan memelas” Seisi kelas menahan rasa ingin ketawa karena jika mereka ketawa sudah pasti mereka akan jadi korban selanjutnya hehehe.
Terdapat dua orang yang tidak tertawa, justru sebalikanya, malah mereka berpikir kenapa sika menjadi begini. orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah rini dan andri yang merupakan teman sekelas sika.
“hmmm kenapa ya sama sika, kok makin kesini makin buruk aja dia” ujar andri.
“apa mungkin karena kita habis putus” “atau karena dia ada masalah” hmmm.

Disisi lain bu yuli selaku guru matematika memarahi sika habis habisan. Seperti orang yang habis makan cabe rawit 1000 biji. Muka ibu yuli memerah karena menahan marah “Kamu itu yaaaaa, kalo nggak niat ikut pelajaran saya ya gak usah ikut. Ngganggu temenmu yang lain tau gak?! bikin susah aja!” bentak bu yuli pada sika.
Tulilut tulitu tulilulilut……
Bunyi bell sekolah seperti suara es krim campina itu menyelamatkan rini dari amukan guru paling galak disekolahnya.
“Kamu ketua kelas pimpin doa” perintah bu yuli.
Karena merasa simpatik akhirnya andri menghampiri sika dan menanyakan perihal permasalahan tadi siang di kelas. “Sik sebenarnya kamu kenapa sih?” tanya andri. Dengan perasaan berbunga bunga karena sebenarnya sika masih mencintai andri menjawab “enggak kok enggak nggak papa”. “Hmmm lain kali kamu harus lebih berhati hati kalo jamnya bu yuli. tau sendiri kan bu yuli kalo marah kek gimana” meskipun andri berceloteh panjang lebar namun sika tidak memperdulikannya karena yang dilihat sika adalah wajah dan mata andri yang coklat besar itu membuat sika semakin terpana dan sulit untuk melupakannya. “sik??? kamu dengerin enggak sih?” tanya andri . “ehhh iya maaf aku denger kok, jawab sika.
Malam harinya disaat sika tengah berada dikamar tiba-tiba ayah memanggil sika, “Sik, kesini bapak mau bicara penting”. Tidak biasanya bapak sika mengajak bicara sika. setelah sika berada di depan bapaknya akhirnya bapaknya menceritakan bahwa pada besok sore dia akan dilamar oleh anak teman bapaknya “APAA???? aku kan masih sekolah pak? trus gimana sekolahku?!” tanya sika dengan wajah bingung dan kecewa mendengar berita yang disampiakan ayahnya. “Yaa kamu kan bisa tunangan dulu, lulus kuliah nanti baru kamu menikah sama dia, orangnya baik kok” jawab ayah. Sebagai seorang anak sika tidak bisa melakukan apa-apa karena jika ayahnya mengajak berbicara itu bukanlah negosiasi melainkan sebuah pemberitahuan yang tidak dapat diganggu gugat. Yang mampu sika lakukan hanyalah bercerita sambil menangis pada ibunya. Sang ibu yang penyanyang dan penyabar sangat mengerti betul sikap suaminya yang keras kepala. “Sudahlah nakk, turuti dulu apa mau bapakmu” sambil menangis, ibu memberi nasehat pada sika.
Keesokan harinya sika tidak masuk sekolah, Bukan tanpa alasan sika tidak mau masuk sekolah karena ia sangat kelelahan menangisi nasibnya sepanjang malam. Entah karena kebetulan atau bukan, Namun andri juga tidak masuk sekolah hari itu tanpa pemberitahuan yang jelas.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 Sika sudah harus bersiap siap untuk menyambut calon tunangannya. “Buu, aku nggak mau dilamar dulu” pinta sika sambil merengek pada ibunya” namun ibu sika hanya bisa menggelengkan kepala sembari menahan kesedihan.
pada pukul 17.00 tepat datanglah iring-iringan rombongan mempelai pria layaknya acara lamaran pada umumnya. Betapa kagetnya sika ketika melihat siapa yang keluar dari mobil sedan putih tersebut karena ternyata calon tunangan yang dijodohkan dengan sika adalah andri sendiri yang merupakan mantan kekasih sika.
“Kamu????” “kok kamu ada disini sih?” tanya sika setengah tidak percaya.
“Iya ini aku andri” Jawab andri dengan suara lirih.
Tanpa basa basi akhirnya sika memeluk erat andri karena memang sika sangat mencintai andri
“SIk, maafin aku yaa, sebenernya aku sangat sayang dan cinta sama kamu” ujar andri karena memang andri masih sangat sayang pada sika.
“Iya ndri, aku juga minta maaf”
Betapa terkejutnya sika dan andri karena takdir mempertemukan mereka kembali dalam ikatan pertunangan setelah mereka lama berpisah.

Unsur Intrinsik Cerpen
Tema: Takdir dan percintaan
Amanat: Dalam kehidupan berpikirlah dua kali sebelum mengambil sebuah tindakan agar tidak menyesal dikemudian hari.
Alur: Alur yang digunakan adalah alur campuran (Maju dan mundur)
Setting:

    Kamar sika pukul 17.00.
    Rumah sika Pukul 16.00.
    Sekolahan sewaktu jam sekolah.
    Kelas pada saat jam istirahat.

Penokohan dan perwatakan:

    Sika : sabar, tertutup, tabah, kuat, pelamun, taat beribadah.
    Andri : kekanak-kanakan, pemalu, perhatian.
    Rini : Setia kawan, perhatian, lucu.
    Bapak tari : Keras kepala, emosian, egois.
    Ibu tari: Penyayang, sabar.
    Trimo: Usil.
    Bu yuli: Galak, Tidak sabaran.

Sudut pandang : Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandan orang ketiga karena pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *